Posted by Unknown at 4:26 AM
Read our previous post
Rompi anti peluru telah lama
dikembangkan dan digunakan dalam dunia militer untuk mengurangi jumlah
korban yang jatuh pada tentara atau petugas yang menghadapi baku tembak.
Fungsinya jelas, yaitu untuk melindungi tubuh dari peluru atau
proyektil kecil lainnya yang keluar dari senjata api. Kemungkinan
prinsip awal rompi anti peluru diilhami dari baju zirah yang digunakan
prajurit pada abad pertengahan.
Pada masa itu, untuk mengurangi
luka sayatan atau tusukan pedang atau bahkan luka akibat terjangan anak
panah, para ksatria kerajaan (knight) memakai baju dari besi. Sayangnya
dengan perkembangan senjata api, perlindungan seperti ini menjadi tidak
bermanfaat lagi. Maka dikembangkanlah baju pelindung untuk mementahkan
serangan senjata api yang kita kenal dengan sebutan rompi anti peluru.
Menurut jenisnya, rompi anti peluru dibedakan menjadi dua, yaitu soft
body armor dan hard body armor.
Soft Body Armor
Dalam tugas keseharian atau
dalam tugas penyamaran polisi lebih mengutamakan rompi anti peluru yang
ringan. Soft body armor umumnya terbuat dari serat Aramid. Material ini
ditemukan tahun 1964, oleh Stephanie Kwolek, seorang ahli kimia
berkebangsaan Amerika, yang bekerja sebagai peneliti pada perusahaan
DuPont.
Aramid adalah kependekan dari
kata aromatic polyamide. Aramid memiliki struktur yang kuat, alot,
memiliki sifat peredam yang bagus, tahan terhadap asam dan basa, selain
itu dapat menahan panas hingga 370°C, sehingga tidak mudah terbakar.
Karena sifatnya yang demikian, aramid juga digunakan di pesawat terbang,
tank, dan roket. Produk aramid yang dipasarkan dikenal dengan nama
Kevlar.
Kevlar memiliki berat yang
ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan besi. Satu lapisan Kevlar
tebalnya kurang dari 1 mm, umumnya standar rompi anti peluru terdiri
hingga 32 lapisan dan beratnya bisa mencapai 10 kg.
Hard Body Armor
Dengan
menambahi soft body armor dengan lapisan tertentu, dapat dihasilkan
hard body armor. Umumnya lapisan terbuat dari keramik, lempengan logam
atau komposit. Bentuknya yang tebal dan berat menjadikannya tidak nyaman
digunakan, hingga jarang dikenakan dalam tugas keseharian. Hanya dalam
tugas khusus yang beresiko tinggi, seperti operasi militer atau operasi
tim khusus.
Prinsip Kerja Rompi Anti Peluru
Prinsip kerjanya adalah dengan
mengurangi sebanyak mungkin lontaran energi kinetik peluru, dengan cara
menggunakan lapisan-lapisan kevlar untuk menyerap energi laju tersebut
dan memecahnya ke penampang rompi anti peluru yang luas, sehingga energi
tersebut tidak cukup lagi untuk membuat peluru dapat menembus rompi
anti peluru.
Analoginya seperti laju bola
yang dapat ditahan oleh jaring gawang. Jaring gawang terdiri dari
rangkaian tali yang saling terhubung satu sama lain. Apabila bola
tertangkap oleh jaring gawang, maka energi kinetik bola tersebut akan
diserap oleh jaring gawang, yang menyebabkan tali di sekitarnya
bertambah panjang dan kemudian tekanan tali akan dialirkan ke tiang
gawang.
Dalam menyerap laju energi
peluru, kevlar mengalami deformasi yang menekan ke arah dalam, tekanan
kedalam ini akan diteruskan sehingga mengenai tubuh pengguna. Batas
maksimal penekanan kedalam tidak boleh lebih dari 44 mm. Jika batasan
tersebut dilewati, maka pengguna rompi anti peluru akan mengalami luka
dalam yang tentunya akan membahayakan keselamatan jiwa.
Anggapan bahwa pemakai rompi
anti peluru dapat terhindar sepenuhnya dari cidera yang dihasilkan oleh
tembakan adalah salah. Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa fungsi utama
rompi anti peluru hanyalah untuk menahan peluru. Sehingga peluru tidak
sampai masuk ke dalam tubuh pemakai rompi anti peluru.
Tidak jarang akibat tekanan yang
ditimbulkan peluru tadi, pemakai rompi anti peluru akan menderita luka
memar hingga patah tulang. Tentunya cidera juga tergantung dari jenis
rompi anti peluru yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa istilah rompi
anti peluru (bullet proof vest) tidaklah tepat, istilah yang benar
adalah rompi balistik (ballistic vest).
Level Rompi Balistik
Standar
rompi balistik yang paling banyak digunakan adalah standar NIJ
(National Institute of Justice) Amerika. Berdasarkan standar ini, rompi
balistik dibagi menjadi beberapa tingkatan (level), yaitu level I, II-A,
II, III-A, III, dan IV. Level I adalah tingkatan yang terendah, rompi
balistik hanya dapat menahan peluru yang berkaliber kecil. Lengkapnya
lihat gambar dibawah. Mulai level III rompi balistik akan dilengkapi
dengan lempengan besi, sehingga mampu untuk menahan shotgun.
Dengan menggunakan material yang
sekarang, makin tinggi tingkat keamanan yang diberikan, maka akan
semakin tebal dan berat rompi balistik yang harus dikenakan. Ini
tentunya merupakan kekurangan dari material tersebut. Atas dasar ini,
pihak ilmuwan dan militer masih mengembangkan material baru yang lebih
ringan dan juga lebih kuat.
sumber: kaskus.us
No comments:
Post a Comment