Posted by Unknown at 7:48 AM
Read our previous post
Warga Muslim di Beijing memiliki camilan favorit untuk berbuka puasa.
Panganan yang laris, di antaranya ludagun, huangmimian niangao, dan
paicha goreng. Salah seorang pedagang kue di kawasan Niujie di Beijing,
Wang Hong Li, Ahad (21/7), mengatakan, “Menjelang berbuka puasa, banyak
warga Muslim Beijing yang membeli kue-kue ini.”
Ludagun adalah camilan berbahan dasar tepung beras kuning dan tepung kedelai dengan gula serta kacang merah sebagai isinya. Kue kuno Beijing itu ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti mirip bolu gulung.
Kue lain yang juga merupakan favorit warga Muslim Beijing adalah huangmimian niangao. Kue ini terbuat dari tepung beras kuning dan kurma merah. Teksturnya lembut dan lengket serta memiliki rasa manis. “Kue ini dijual 12 yuan per 500 gram,” kata Wang.
Camilan favorit lainnya adalah paicha goreng yang merupakan makanan ringan yang renyah dan gurih. Makanan ringan tersebut terbuat dari tepung, air, garam, dan wijen. “Adonan itu nantinya akan dibentuk persegi panjang berukuran 10cmx5cm. Setelah itu, digoreng menggunakan minyak sayur,” ujar Wang.
Beijing memiliki sejarah panjang dalam memproduksi berbagai jenis makanan. Sejak ditetapkan sebagai ibu kota, Beijing memiliki beragam makanan tradisional dengan cita rasa yang kuat sesuai zamannya. Secara sosiologis, beragam makanan khas Beijing juga dibagi ke dalam tiga golongan, yakni makanan dengan cita rasa suku Han (suku mayoritas di Cina), Hui (etnis minoritas terbesar di Cina dari etnis minoritas yang diakui di Cina), dan makanan kaum kekaisaran.
Masih ada etnis Uyghur di Wilayah Otonomi Xinjiang Uyghur, yang sebetulnya “sempalan” etnis Turki yang telanjur bermukim di (kini) Provinsi Xinjiang. Mereka beragama Islam dengan tradisi campuran antara budaya Turki-Cina. Umumnya, beragam makanan itu disajikan dengan metode dikukus, digoreng dengan sedikit minyak, digoreng dengan minyak banyak, dan direbus dalam air mendidih pada waktu singkat.
Ludagun adalah camilan berbahan dasar tepung beras kuning dan tepung kedelai dengan gula serta kacang merah sebagai isinya. Kue kuno Beijing itu ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti mirip bolu gulung.
Kue lain yang juga merupakan favorit warga Muslim Beijing adalah huangmimian niangao. Kue ini terbuat dari tepung beras kuning dan kurma merah. Teksturnya lembut dan lengket serta memiliki rasa manis. “Kue ini dijual 12 yuan per 500 gram,” kata Wang.
Camilan favorit lainnya adalah paicha goreng yang merupakan makanan ringan yang renyah dan gurih. Makanan ringan tersebut terbuat dari tepung, air, garam, dan wijen. “Adonan itu nantinya akan dibentuk persegi panjang berukuran 10cmx5cm. Setelah itu, digoreng menggunakan minyak sayur,” ujar Wang.
Beijing memiliki sejarah panjang dalam memproduksi berbagai jenis makanan. Sejak ditetapkan sebagai ibu kota, Beijing memiliki beragam makanan tradisional dengan cita rasa yang kuat sesuai zamannya. Secara sosiologis, beragam makanan khas Beijing juga dibagi ke dalam tiga golongan, yakni makanan dengan cita rasa suku Han (suku mayoritas di Cina), Hui (etnis minoritas terbesar di Cina dari etnis minoritas yang diakui di Cina), dan makanan kaum kekaisaran.
Masih ada etnis Uyghur di Wilayah Otonomi Xinjiang Uyghur, yang sebetulnya “sempalan” etnis Turki yang telanjur bermukim di (kini) Provinsi Xinjiang. Mereka beragama Islam dengan tradisi campuran antara budaya Turki-Cina. Umumnya, beragam makanan itu disajikan dengan metode dikukus, digoreng dengan sedikit minyak, digoreng dengan minyak banyak, dan direbus dalam air mendidih pada waktu singkat.
No comments:
Post a Comment