Comments

Thursday, May 2, 2013

Murahnya hak perempuan Afghanistan

Posted by at 5:33 AM Read our previous post
Murahnya hak perempuan Afghanistan


Hak asasi mungkin tidak berlaku bagi perempuan Afghanistan. Mereka tidak mendapat perlindungan dan perlakuan sebagaimana manusia semestinya. Nyawa kaum hawa menjadi murah bahkan mungkin tidak berharga sama sekali. Atas nama kehormatan keluarga mereka harus terbunuh dengan cara sadis. Bukan dilakukan oleh orang lain, melainkan anggota keluarga sendiri.

Surat kabar the Daily Mail melansir (1/5) bersama catatan dari kelompok hak asasi Amnesty Internasional, seorang perempuan Afghanistan ditembak mati oleh ayahnya sendiri di depan 300 orang, setelah dirinya dianggap mempermalukan keluarga lantaran kabur dari suami. Korban diketahui bernama Halima. Dia diperkirakan berusia 18 sampai 20 tahun dan memiliki dua anak.

Dia diketahui kawin lari dengan sepupu laki-lakinya ketika suaminya berada di Iran. Namun, sepuluh hari kemudian, sepupunya itu mengembalikan dia ke keluarganya di Desa Kookchaheel, di Distrik Aabkamari, Provinsi Badghis, sebelah barat laut Afghanistan.

Ayah Halima lantas meminta nasihat dari para sesepuh desa, dan tiga dari mereka mengeluarkan fatwa menyebut Halima harus dihukum mati di depan umum. Perempuan malang itu pun ditembak mati pada 22 April lalu. Namun, tidak diketahui apakah sepupunya, yang tidak diketahui identitasnya itu, juga mendapat hukuman.

Tahun lalu Daily Mail juga melansir perempuan ditaksir komandan Taliban walau sudah punya suami. Kedua lelaki memperebutkannya. Supaya adil, tidak satu pun memilikinya dan dia dieksekusi. Hukuman terhadap perempuan yang cuma diketahui bernama Najiba itu disaksikan anggota Taliban berjenggot dan warga desa lainnya. Selepas itu, lusinan lelaki berjenggot mengenakan sharwal kamiz (pakaian khas Afghanistan) serentak bertakbir. Insiden itu terjadi di sebuah bukit di Desa Qimchok, Provinsi Parwan, Afghanistan. Meski korban sudah tewas, algojo terus menembaki tubuhnya.

Murahnya harga nyawa perempuan di negara itu tak terlepas dari sistem masyarakat patriarki menempatkan lelaki di atas segalanya termasuk pembuat keputusan, mendapatkan pendidikan tinggi, bahkan menjadi pemilik hidup atas kaum hawa mereka dan merasa bisa ditentukan oleh apapun keinginan mereka.

Amnesty Internasional telah mencoba berjuang untuk membangkitkan peran perempuan di Afghanistan. Meski sejauh ini usaha itu masih belum terlihat namun mereka percaya kaum hawa punya hak yang harus diperjuangkan oleh mereka sendiri dan pemikiran ini tengah ditanamkan oleh mereka pada wanita Afghanistan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
© Aris Wildan is powered by Blogger - Template designed by Stramaxon(enhanced by aris wildan) - Best SEO Template