Posted by Unknown at 6:33 AM
Read our previous post
Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan di bidang pertahanan terus meningkat. Yang terbaru, Korsel sepakat melanjutkan pembangunan pesawat Korean Fighter Xperiment (KFX)/Indonesian Fighter Xperiment (IFX).
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Baek Seung-joo telah menggelar pertemuan bilateral dengan Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela Forum Seoul Defence Dialogue (SDD) November 2013 lalu Seoul, Korea Selatan.
Sjafrie menjelaskan kedua negara sepakat untuk mengimplementasikan MoU kerjasama pertahanan yang telah ditandatangani kedua negara pada tanggal 12 Oktober 2013.
"Korsel mempelajari 40 tahun hubungan dengan Indonesia, mereka melihat bahwa Indonesia tepat sebagai mitra sejajar kerjasama untuk masa kini dan masa depan, sebaliknya Indonesia menempatkan kerjasama dengan Korea Selatan menjadi comprehensive strategic partnership," jelas Sjafrie.
Lebih lanjut Wamenhan RI mengungkapkan, di bidang industri pertahanan, kedua negara berharap kerjasama strategis khususnya pembangunan kapal selam dan pesawat tempur dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun kedepan.
Banyak persenjataan TNI yang berasal dari Korea Selatan. Berikut 5 di antaranya.
1. Pesawat jet T-50i
Indonesia memesan 16 pesawat jet tempur T-50i Golden Eagle dari Korea Selatan. Seluruhnya sudah tiba di Indonesia.
Pesawat tempur taktis T-50i Golden Eagle pesanan pemerintah Indonesia ini, menambah kekuatan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Maospati. T-50i akan digunakan sebagai pesawat latih tempur menggantikan pesawat Hawk MK-53.
Pesawat T-50i merupakan pesawat jet serang ringan. Pesawat ini juga biasanya digunakan sebagai pesawat latih lanjutan bagi penerbang tempur.
Melihat spesifikasinya, T-50i sangat mirip dengan F-16. Wajar saja, Korea Selatan memang menjadikan T-50i sebagai pesawat latih sebelum pilot-pilot tempur mereka menggunakan F-16
Pesawat tempur taktis T-50i Golden Eagle pesanan pemerintah Indonesia ini, menambah kekuatan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Maospati. T-50i akan digunakan sebagai pesawat latih tempur menggantikan pesawat Hawk MK-53.
Pesawat T-50i merupakan pesawat jet serang ringan. Pesawat ini juga biasanya digunakan sebagai pesawat latih lanjutan bagi penerbang tempur.
Melihat spesifikasinya, T-50i sangat mirip dengan F-16. Wajar saja, Korea Selatan memang menjadikan T-50i sebagai pesawat latih sebelum pilot-pilot tempur mereka menggunakan F-16
2. Ranpur LVT7A1
Pemerintah Korea Selatan memberikan hibah 35 unit kendaraan tempur (rampur) Landing Vehicle Tracked (LVT7A1). Kendaraan amfibi pengangkut pasukan ini digunakan oleh Korps Marinir TNI AL.
Rampur asal Amerika Serikat ini dibuat pada tahun 1983. Tentara Korsel mulai menggunakannya sejak tahun 1984. LVT7A1 dapat mengangkut 3 kru dan 25 personel.
Marinir TNI AL memang sempat kekurangan armoured personel carrier (APC) yang handal. Selama empat dekade marinir masih menggunakan BTR-50 buatan Rusia yang dibuat tahun 1960an. Walau mesinnya diretrovit, tetap saja kendaraan itu tergolong tua.
BTR-50 suit dicari gantinya karena dapat membawa personel di atas 20 orang. Diharapkan LVT7A1 ini bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Rampur asal Amerika Serikat ini dibuat pada tahun 1983. Tentara Korsel mulai menggunakannya sejak tahun 1984. LVT7A1 dapat mengangkut 3 kru dan 25 personel.
Marinir TNI AL memang sempat kekurangan armoured personel carrier (APC) yang handal. Selama empat dekade marinir masih menggunakan BTR-50 buatan Rusia yang dibuat tahun 1960an. Walau mesinnya diretrovit, tetap saja kendaraan itu tergolong tua.
BTR-50 suit dicari gantinya karena dapat membawa personel di atas 20 orang. Diharapkan LVT7A1 ini bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Senapan Daewoo K-7
Senapan mesin ringan Daewoo K-7 merupakan senjata andalan pasukan elite Korea Selatan. Di Indonesia, senjata ini juga digunakan oleh Pasukan Katak, Yon Taifib Marinir TNI AL dan Komando Pasukan Khusus TNI AD.
Senapan Daewoo K-7 berpeluru kaliber 9 mm. Biasanya digunakan untuk misi-misi khusus seperti pembebasan sandera atau operasi antiteror. Ada tiga mode penembakan yang dimiliki senapan ini. Singel, 3 peluru dan otomatis.
Berat senjata produksi Daewoo Precision Industries ini cuma 4 kg, dengan panjang 62 cm. Ideal untuk menunjang misi khusus.
Senapan Daewoo K-7 berpeluru kaliber 9 mm. Biasanya digunakan untuk misi-misi khusus seperti pembebasan sandera atau operasi antiteror. Ada tiga mode penembakan yang dimiliki senapan ini. Singel, 3 peluru dan otomatis.
Berat senjata produksi Daewoo Precision Industries ini cuma 4 kg, dengan panjang 62 cm. Ideal untuk menunjang misi khusus.
4. Jip KIA KM420
Indonesia mengimpor lebih dari 100 unit Jip KIA KM420 dari Korea Selatan. Jip ringan berpenggerak roda 4x4 ini bisa dipasangi senapan mesin untuk bantuan tembakan atau patroli.
Jip KIA KM420 digunakan oleh Marinir TNI AL. Basiknya berasal dari pengembangan KIA Sportage versi sipil.
Kendaraan ini bisa mengangkut 4 pasukan dan melihat spesifikasinya, cukup bisa diandalkan untuk medan off road.
Jip KIA KM420 digunakan oleh Marinir TNI AL. Basiknya berasal dari pengembangan KIA Sportage versi sipil.
Kendaraan ini bisa mengangkut 4 pasukan dan melihat spesifikasinya, cukup bisa diandalkan untuk medan off road.
5. Kapal selam
Indonesia telah memesan tiga kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan. Namun pembangunan kapal selam ini tak sesuai janji.
Kesepakatannya, satu kapal diproduksi di galangan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering co Ltd. Kapal selam kedua diproduksi di galangan yang sama oleh ahli dari kedua negara. Yang ketiga akan dikerjakan di galangan PT PAL oleh ahli Indonesia.
Mereka tak mengizinkan alih teknologi. Para ahli Indonesia yang sudah dikirim tak diberi kesempatan ikut merakit kapal selam. Para ahli Indonesia hanya boleh melihat-lihat saja. Ini jelas melanggar kesepakatan awal, karena ditegaskan di awal, pihak Indonesia harus mendapat transfer teknologi. Padahal harga kapal selam itu tak murah. Satu kapal selam berharga USD 350 juta atau Rp 3,5 triliun.
Korea Selatan beralasan pesanan di galangan Kapal Daewoo sangat banyak. Mereka takut kena denda jika pesanan kapal tak selesai tepat waktu. Sejumlah alasan seperti keselamatan pekerja, dan sulitnya produksi kapal selam dikemukakan Korsel.
Kesepakatannya, satu kapal diproduksi di galangan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering co Ltd. Kapal selam kedua diproduksi di galangan yang sama oleh ahli dari kedua negara. Yang ketiga akan dikerjakan di galangan PT PAL oleh ahli Indonesia.
Mereka tak mengizinkan alih teknologi. Para ahli Indonesia yang sudah dikirim tak diberi kesempatan ikut merakit kapal selam. Para ahli Indonesia hanya boleh melihat-lihat saja. Ini jelas melanggar kesepakatan awal, karena ditegaskan di awal, pihak Indonesia harus mendapat transfer teknologi. Padahal harga kapal selam itu tak murah. Satu kapal selam berharga USD 350 juta atau Rp 3,5 triliun.
Korea Selatan beralasan pesanan di galangan Kapal Daewoo sangat banyak. Mereka takut kena denda jika pesanan kapal tak selesai tepat waktu. Sejumlah alasan seperti keselamatan pekerja, dan sulitnya produksi kapal selam dikemukakan Korsel.
No comments:
Post a Comment